Minggu, 29 Desember 2013

FILSAFAT DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PUBLIC EDUCATOR



Public educator merupakan salah satu ideologi dalam pendidikan matematika. Ibid dalam Wilding (2009: 80) menyatakan bahwa munculnya ideologi public educator dilatar belakangi oleh adanya tren tradisi yang memperhatikan demokrasi dan persamaan sosial sejak tahun 1800. Paul Ernest dalam Wilding (2009: 80) menyatakan bahwa ideologi ini dapat dicapai melalui pengembangan berpikir kritis. Dinyatakan pula bahwa tujuan dari ideologi public educator adalah memberdayakan masing-masing individu melalui pendidikan. Selain itu, tujuan dari ideologi ini tidak hanya membentuk masyarakat yang demokratis, namun juga memberdayakan siswa dan mendorong otonomi.
Apabila diterapkan dalam pembelajaran matematika, ideologi public educator mengarah pada paham konstruktivisme. Keterlaksanaan pembelajaran matematika yang ada ditujukan dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Dalam hal ini, dapat diartikan bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran matematika sehingga konsep matematika yang diperoleh lebih bermakna bagi siswa. Penerapan ideologi public educator dalam pembelajaran matematika menciptakan suatu pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa atau student-centered. Hal ini sejalan dengan pendapat Paul Ernest dalam Marsigit (2013) yang menyatakan bahwa siswa diumpamakan seperti benih yang diberikan kesempatan untuk tumbuh dengan cara masing-masing.
Siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh konsep matematika dengan cara mereka masing-masing. Dengan kata lain, siswa menemukan pengetahuan-pengetahuan matematika melalui pengalaman maupun melalui permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan siswa akan lebih mudah belajar melalui sesuatu yang konkret di lingkungan sekitar siswa. Melalui permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, siswa melakukan penyelidikan-penyelidikan, kemudian menterjemahkannya sehingga diperoleh suatu konsep matematika.
Dalam mempelajari konsep matematika melalui permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa lain sehingga siswa dapat saling belajar maupun berbagi pengetahuan satu sama lain. Masing-masing siswa dapat saja membahas suatu permasalahan yang sama dan dapat pula membahas suatu permasalahan yang berbeda. Dengan kata lain, akan terdapat berbagai masalah maupun jawaban yang bervariasi. Meski begitu, guru tetap memantau dan mengarahkan ketika siswa masih mengalami kesulitan ataupun melakukan suatu hal yang kurang tepat. Hal ini menunjukkan salah satu peran guru, yaitu sebagai fasilitator.
Peran guru sebagai fasilitator berarti bahwa guru berusaha untuk memfasilitasi siswa dalam pembelajaran matematika dengan sebaik mungkin. Guru dapat memfasilitasi siswa dengan cara memilih metode mengajar, sumber mengajar, dan teaching aid yang bervariasi serta sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sebagai fasilitator dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya memiliki kesadaran bahwa masing-masing siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Begitu halnya ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari suatu konsep matematika. Sehingga pada saat melakukan proses penilaian, guru lebih menekankan kepada proses yang ditempuh siswa.
Penilaian yang menekankan pada proses berarti bahwa guru melakukan penilaian pada saat awal pembelajaran, sedang pembelajaran, maupun di akhir pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian dilakukan secara terus-menerus. Salah satu contoh bentuk penilaian yang mengutamakan pada proses adalah melalui portofolio. Melalui portofolio, guru dapat melihat perkembangan siswa dalam suatu periode waktu tertentu. Menurut Sumaji dkk (2002) dalam Lucy (2012) disebutkan bahwa penilaian portofolio meliputi penilaian pada buku catatan yang dimiliki siswa, lembar kerja siswa, tugas terstruktur, serta tugas mandiri siswa.
Penerapan ideologi public educator salah satunya dalam pembelajaran matematika dapat membuat pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, siswa dilatih untuk terbiasa berpikir kritis, mandiri, serta tidak bergantung pada guru. Apabila ideologi ini diterapkan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, terbentuk suatu kebiasaan baik pada masyarakat misalnya terbiasa berpikir kritis, mandiri, serta tidak mudah tergantung pada orang lain. Dengan demikian, akan terbentuk masyarakat yang dinamis yang dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. 



Sumber:
Lucy Dewan Yulianto. (2012). Didactical Assesment for Realistic Mathematics Education. Diakses dari http://luvinisme.blogspot.com/2012/12/didactical-assessment-for-realistic.html. pada tanggal 13 November 2013, Jam 05.10 WIB.
Marsigit. (2013). Peta 2-Peta Pendidikan Dunia-Dibuat oleh Marsigit dari Paul Ernest. Diakses dari http://powermathematics.blogspot.com/2012/11/peta-2-peta-pendidikan-dunia-dibuat.html. pada tanggal 13 November 2013, Jam 05.00 WIB.
Welding, Erin Cecilia & Martin. (2009). Paul Ernest’s Social Constructivist Philosophy of Mathematics Education. Diakses dari http://books.google.co.id/books?id=S7Gg6dGYujkC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false. pada tanggal 12 November 2013, Jam 21.00 WIB.